Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi telah mengirimkan sensor pendeteksi tsunami (tsunami buoy) baru untuk menggantikan tsunami buoy Mentawai yang rusak.
"Kapal yang mengirimkan alat itu sudah kita berangkatkan," kata Kepala Proyek Tsunami Buoy BPPT Wahyu Pandoe kepada VIVAnews, Selasa 2 November 2010. Alat tsunami buoy yang dikirimkan lewat kapal riset BPPT Baruna Jaya III, rencananya akan dipasang setelah tanggal 7 November 2010.
Pada saat terjadinya bencana tsunami di Mentawai pada Senin malam, 25 Oktober lalu, sensor tsunami di Mentawai memang tidak berfungsi karena mengalami kerusakan yakni pada dua antena satelit serta kabel sistem komunikasi bawah air..
Awalnya, pemerintah berencana untuk mengganti alat tersebut pada 25 November 2010. Namun, gempa 7,2 SR yang terjadi di kedalaman 10 kilometer, 78 km barat daya Pagai Selatan Mentawai, terlanjur menewaskan setidaknya 450 jiwa.
Namun, menurut Deputi Teknologi PengembanganSumberdaya Alam BPPT Ridwan Djamaluddin, andaikan tsunami buoy di Mentawai tak rusak, alat itu pun diprediksi bakal terlambat memberikan data peringatan tsunami kepada penduduk kepulauan Pagai.
Pasalnya, letak tsunami buoy di Mentawai adalah di laut antara Pulau Siberut dan Pantai Barat Padang. Padahal, Pulau Siberut dan Pulau Pagai juga dipisahkan oleh Pulau Sipora.
"Kapal yang mengirimkan alat itu sudah kita berangkatkan," kata Kepala Proyek Tsunami Buoy BPPT Wahyu Pandoe kepada VIVAnews, Selasa 2 November 2010. Alat tsunami buoy yang dikirimkan lewat kapal riset BPPT Baruna Jaya III, rencananya akan dipasang setelah tanggal 7 November 2010.
Pada saat terjadinya bencana tsunami di Mentawai pada Senin malam, 25 Oktober lalu, sensor tsunami di Mentawai memang tidak berfungsi karena mengalami kerusakan yakni pada dua antena satelit serta kabel sistem komunikasi bawah air..
Awalnya, pemerintah berencana untuk mengganti alat tersebut pada 25 November 2010. Namun, gempa 7,2 SR yang terjadi di kedalaman 10 kilometer, 78 km barat daya Pagai Selatan Mentawai, terlanjur menewaskan setidaknya 450 jiwa.
Namun, menurut Deputi Teknologi PengembanganSumberdaya Alam BPPT Ridwan Djamaluddin, andaikan tsunami buoy di Mentawai tak rusak, alat itu pun diprediksi bakal terlambat memberikan data peringatan tsunami kepada penduduk kepulauan Pagai.
Pasalnya, letak tsunami buoy di Mentawai adalah di laut antara Pulau Siberut dan Pantai Barat Padang. Padahal, Pulau Siberut dan Pulau Pagai juga dipisahkan oleh Pulau Sipora.
Pemilihan lokasi alat pendeteksi itu didasarkan karena gempa sering terjadi di sekitar kepulauan Mentawai dan pantai barat Padang. Pusat gempa yang terletak di sebelah barat daya kepulauan Mentawai membuat posisi Buoy terhalang oleh Pulau Pagai.
Dengan memperhitungkan jarak antara pusat gempa ke pantai 50 km dan kecepatan rata-rata gelombang tsunami 700-800 km per jam, diperkirakan gelombang tersebut membutuhkan waktu sekitar 5-7 menit sampai ke Pulau Pagai. Maka, peringatan yang disampaikan oleh alat pendeteksi pun akan terlambat
Oleh karenanya, tahun ini BPPT berencana untuk memasang sekitar 6 alat pendeteksi tsunami di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Mentawai. Untuk tsunami buoy Mentawai sendiri, diperkirakan waktu pemasangannya hanya akan memakan waktu antara 2-3 hari.
Selain melakukan penggantian tsunami buoy di Mentawai, rencananya BPPT juga akan melakukan penggantian di titik-titik lain, yang segera dilakukan adalah pemasangan di daerah selatan Jawa dan perairan Sulawesi.
Oleh karenanya, tahun ini BPPT berencana untuk memasang sekitar 6 alat pendeteksi tsunami di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Mentawai. Untuk tsunami buoy Mentawai sendiri, diperkirakan waktu pemasangannya hanya akan memakan waktu antara 2-3 hari.
Selain melakukan penggantian tsunami buoy di Mentawai, rencananya BPPT juga akan melakukan penggantian di titik-titik lain, yang segera dilakukan adalah pemasangan di daerah selatan Jawa dan perairan Sulawesi.
Sumber : http://teknologi.vivanews.com/news/read/186347-pendeteksi-tsunami-mentawai-diganti
No comments:
Post a Comment