Showing posts with label Musik. Show all posts
Showing posts with label Musik. Show all posts

Tuesday, June 7, 2011

Ini Dia Pria Terseksi di Korea


Donghae, personel Super Junior
Pemilihan ini berdasarkan hasil survei yang diadakan sebuah website.

VIVAnews - Dunia hiburan Korea semakin semarak dengan kehadiran para bintang muda dan juga sejumlah boyband yang menghiasi industri musik di Korea. Para boyband itu ternyata tak hanya sukses di negaranya. Tetapi, juga terkenal di negara lain.

Seperti boyband Super Junior yang sedang digandrungi remaja putri di beberapa negara, termasuk di tanah air. Bahkan, salah satu personelnya, Donghae dinobatkan sebagai pria terseksi di Korea.

Ia terpilih menjadi pria terseksi di negeri ginseng itu berdasarkan survei yang diadakan oleh sebuah website di Argentina bernama 'Listas W'.

Seperti dikutip dari Allkpop, Rabu 12 Januari 2011, website ini meminta pembaca untuk memilih pria-pria Korea untuk dinobatkan sebagai pria paling seksi. Berdasarkan hasil survei itu, nama Donghae berada di posisi pertama. Posisi lima teratas ditempati para personel Super Junior lainnya.

Pentolan Super Junior, Lee Teuk berada di posisi kedua. Sedangkan Yesung berhasil menempati posisi ketiga. Disusul oleh Kyuhyun di peringkat keempat dan Siwon di posisi ke lima.

Kemudian disusul oleh Kim Hyun Joong. Personel boyband SS501 yang kini mulai eksis di dunia akting itu berada di posisi keenam. Sedangkan peringkat ketujuh terdapat nama Sungmin. Personel 2PM, Junsu menempati posisi kedelapan dan di peringkat sembilan terdapat nama salah satu personel boyband JYJ, Jaejoong. Peringkat kesepuluh adalah Yonghwa dari boyband CNBlue. (pet)

Sumber : showbiz.vivanews.com/

Monday, June 6, 2011

Ebiet G Ade, Penyanyi Solo Favorit MP2

Ya, betul. Ebiet G Ade inilah penyanyi solo favorit saya. Pertama kali mengenal lagu-lagu Ebiet waktu saya masih duduk di bangku SMP. Kakak saya lah yang memperkenalkan secara tidak sengaja kepada saya.

Waktu itu dia beli kasetnya dan saya nimbrung kuping ikutan menikmati lagu-lagu Ebiet. Syair-syairnya yang sangat menyentuh membuat saya jatuh cinta pada pendengaran pertama. Hingga sekarang pun saya masih sering memutar lagu-lagunya di komputer, sembari menemani saya bekerja.

Berikut ini ulasan lengkap tentang Ebiet yang saya unduh dari gugling.com :

Abid Ghoffard Aboe Dja’afar lahir di Wanadadi, Banjarnegara, 45 tahun silam. Pria yang kini dikenal sebagai Ebiet G Ade ini adalah seorang penyanyi dan penulis lagu yang karya-karyanya telah melegenda dan terkenal dengan balada yang syahdu dan syair-syair sarat makna dari lagu-lagu yang dibuatnya.

Setelah lulus SD, Ebiet kecil melanjutkan pendidikan di PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) Banjarnegara. Namun karena tidak kerasan, dirinya pindah ke Yogyakarta. Di Jogja, Ebiet bersekolah di SMP Muhammadiyah 3 dan SMA Muhammadiyah 1. Ebiet termasuk siswa berotak encer. Namun ia tidak dapat melanjutkan perkuliahan di Universitas Gajah Mada karena ketiadaan biaya. Akhirnya Ebiet memilih untuk bergabung ke sebuah grup vokal.

Nama panggilan ‘Ebiet’ tersebut ada sejarahnya. Semasa SMA, Ebiet mengikuti kursus bahasa Inggris di sekolahnya. Pada saat itu, gurunya yang orang asing memanggilnya ‘Ebid’ alih-alih ‘Abid’. Dikarenakan pelafalan bule yang berbeda dari pelafalan Indonesia (‘A’ dibaca ‘E’). Akhirnya lama kelamaan teman-temannya lebih sering memanggilnya ‘Ebiet’. Sedangkan nama ‘G Ade’ merupakan akronim dari nama lengkapnya, ‘Ghoffar Aboe Dja’afar’.

Ebiet memasuki dunia seni di Yogyakarta sejak tahun 1971. Saat itu, dirinya bersahabat dengan sejumlah seniman Jogja yang terkenal  handal bermain kata. Mereka antara lain Emha Ainun Najib (penyair), Eko Tunas (penulis cerpen) dan E.H Kartanegara (penulis). Karir awal Ebiet sebagai penyanyi adalah dengan melagukan syair-syari karya Emha Ainun Najib. Namun ketika masuk dapur rekaman, syair-syair tersebut tak lagi dibawakannya. Hal ini karena Ebiet pernah disindir oleh teman-temannya untuk membuat dan menyanyikan karyanya sendiri.

Ebiet sendiri merupakan seorang pembuat syair puisi yang handal, namun ia tak bisa berdeklamasi dengan puisi tersebut. Akhirnya ia mencari cara lain untuk membacakan puisinya tanpa harus berdeklamasi. Yakni dengan melagukannya.. Inilah cikal bakal Ebiet G Ade yang kita kenal sekarang. Ebiet lebih suka disebut penyair ketimbang penyanyi. Ia dikenal tak suka mendengarkan musik hingga sekarang.

Pada awalnya, Ebiet hanya tampil di panggung-panggung seputar Jawa Tengah dan DIY saja. Awalnya hal tersebut hanya dilakukannya sebagai hobi semata, namun desakan dari para sahabatnya akhirnya membuat Ebiet bersedia memasuki dunia rekaman.

Sekian lama tampil, Ebiet sempat berhenti pada tahun 1990. Selama 5 tahun dirinya tidak pernah terlihat tampil lagi di panggung musik. Pada tahun 1995, barulah ia kembali menyeruak. Dua album ditelurkannya saat itu, yakni Cinta Sebening Embun – Puisi-Puisi Cinta, dan Kupu-Kupu Kertas. Album Kupu-Kupu Kertas didukung oleh sejumlah musisi papan atas seperti Ian Antono, Billy J. Budiardjo, Purwacaraka, dan Erwin Gutawa.

Pada tahun 1996, Ebiet kembali berkarya dan mengeluarkan album bertajuk Aku Ingin Pulang15 Hits Terpopuler. Selang dua tahun kemudian, sebuah album bertajuk Gamelan dirilisnya. Album ini berisi 5 lagu lama miliknya yang diaransemen ulang dengan menggunakan alat musik gamelan.

Pada tahun 2000, Ebiet lagi-lagi merilis album, bertajuk Balada Sinetron Cinta. Tak puas sampai di situ, ayah empat anak ini kembali berkarya pada tahun 2001 dengan merilis album Bahasa Langit, yang didukung sejumlah musisi seperti Andi Rianto, Erwin Gutawa dan Tohpati.

Ebiet menikah dengan Yayuk Sugianto pada tahun 1982 dan dikarunia 4 orang anak. Salah satunya adalah Abietyasakti Ksatria Kinasih yang kini menjadi manajernya.

Profil singkat :

Nama : Abid Ghoffar Aboe Dja’far

Nama Beken : Ebiet G Ade

Tempat / Tanggal Lahir : Wanadadi, Banjarnegara / 21 April 1955

Status : Menikah

Istri : Yayuk Sugianto

Anak:
  • Abietyasakti Ksatria Kinasih
  • Adaprabu Hantip Trengginas
  • Byatuasa Pakarti Hinuwih
  • Segara Banyu Bening.
Beberapa karya terbaik Ebiet G Ade antara lain :
  • Titip Rindu Buat Ayah
  • Dosa Siapa, Ini Dosa Siapa
  • Cita-Cita Kecil si Anak Desa
  • Nasihat Pengemis Untuk Anak Istri & Doanya Untuk Hari Esok mereka
  • Nyanyian Ombak
  • Hidup I (Pernah Kucoba Untuk Melupakanmu)
  • Hidup II (Obsesi KP. I/203)
  • Hidup III
  • Hidup IV
  • Kalian Dengarkan Keluhanku
Namun salah satu yang akan dikenang sebagai karya terbesar Ebiet adalah lagu ‘Berita Kepada Kawan‘ yang liriknya sebagai berikut :

ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Tubuhku terguncang di hempas batu jalanan 
Hati tergetar menampak kering rerumputan 
Perjalanan ini pun seperti jadi saksi 
gembala kecil menangis sedih ho ho ho ho
Kawan coba dengar apa jawabnya
 
ketika ia kutanya “Mengapa?” 
Bapak ibunya telah lama mati ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut kukabarkan semuanya
 
kepada karang, kepada ombak, kepada matahari 
tetapi semua diam, tetapi semua bisu 
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit
Barangkali di sana ada jawabnya
 
mengapa di tanahku terjadi bencana 
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita 
yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa 
atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita 
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho
ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Kawan coba dengar apa jawabnya
 
ketika ia ku tanya “Mengapa?” 
Bapak ibunya telah lama mati ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut kukabarkan semuanya
 
kepada karang, kepada ombak, kepada matahari 
tetapi semua diam, tetapi semua bisu 
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit
Barangkali di sana ada jawabnya
 
mengapa di tanahku terjadi bencana 
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita 
yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa 
atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita 
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho
ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho

Lagu tersebut kini mulai sering berkumandang, sebagai latar belakang yang mengiringi dokumentasi bencana alam dan musibah yang sedang melanda Indonesia di beberapa daerah, antara lain Merapi, Mentawai dan Wasior.

Terus berkarya, bang Ebiet!!

Sumber : gugling.com

Friday, June 3, 2011

Group Musik Indonesia Papan Atas Era 70-80'an

Koes Bersaudara

Kiri ke kanan : Nomo, Yok, Yon dan Tony Koeswoyo

Koes Bersaudara dibentuk di Jakarta tahun 1960, beranggotakan 5 bersaudara: Koesdjono (Jon), Koestono (Tonny), Koesnomo (Nomo), Koesyono (Yon) dan Koesroyo (Yok). Jon keluar dari Koes Bersaudara setelah album pertama diluncurkan sekitar tahun 1961 atau 1962. Rekaman yang dibuat dalam kondisi "seadanya" itu karena studionya berada tidak jauh dari jalur kereta api, sehingga saat kereta api lewat, mereka terpaksa berhenti merekam sampai suara kereta api hilang dari pendengaran.

Koes Bersaudara berubah nama menjadi Koes Plus tahun 1969 menyusul mundurnya Nomo dan membentuk band sendiri bernama No Koes tahun 1973.


Koes Plus

Kiri ke kanan : Yon Koeswoyo, Murry, Tonny Koeswoyo dan Yok Koeswoyo
(foto : selamettaufikhidayat.blogspot.com)
No Koes


Nama Nomo Koeswoyo barangkali bakal dicatat sebagai legendaris dalam blantika musik; sebagai otak menager dari mulai yang penuh sensasi humor sampai yang keras2 gawat!!

Coba anda catat sensasi2 yang nyelekit dalam persaingan blantika musik ini.
Contoh kesatu : Dialah yang memimpin acara jumpa pers, tatkala No Koes pertama kali didirikan diawal tahun 73. Dia memiliki sensasi2 yang galak, tatkala menyelamati nama band-nya itu dengan nama NoKoes. Asosiasi public musik bisa saja kearah kata” Anti Koes Plus”. Sensasi lainnya misalnya bikin band dengan nama PATAS Tanpa Murry.
Kedua : Dalam jumpa pers dulu, Nomo sengaja menyuruh crew NoKoes lainya (yang bekas Usman Bersaudara) ngumpet dari pers. Pers hanya mampu menduga-duga siapa sebenarnya yang lungguh dibelakang formasi No Koes kala itu. Ini merupakan sensasi besar, sebab setelah itu pers lantas sibuk mencari data tentang No Koes. Dengan begitu berita NoKoes selalu hadir di mas media.
Ketiga : Sampai beberapa album banyaknya, No Koes muncul dalam cover plat + kaset tanpa foto para pemain. Dengan begitu, pers-pun tetap disibukan dengan ulah Nomo ini.
Keempat : Tampilnya semacam perang urat syaraf dengan sesama saudara, yakni versus Koes Plus, yang sampai saat ini ber-alas-kan permadani kemewahan Remaco: dilungguhkan sebagai ”Dewa dalam musik”
Itu barangkali sebagian kecil yang bisa diingat. Begitu pula tatkala Yukawi menampilkan nama Kembar Group (Bar Bros) dan No Bo. Kalau Bar Bros konon melungguhkan kembali kharisma pop duet Yon-Yok, maka NoBo punya dua biji sensasi atau lebih, yang sama persis dengan sensasi ala NoKoes. Dari namanya jelas se-olah2 menimang2 kemampuan Bimbo. Sudah tahu musiknya mirip2 Bimbo, kenapa dikasih nama NoBo? Bikin merah muka anak Bimbo aja! Kedua dalam album pertama group itu, Yukawi tanpa menyebutkan:ciptaan siapa lagu2 itu. Kecuali kata2: ciptaan NoBo begitu saja. Dengan sendirinya, pembeli kaset/plat Cuma mampu bertanya2. Saking besarnya tanda tanya, dan saking hebatnya persamaan NoBo dengan Bimbo, maka publik Bandung pun gempar dengan peredaran kaset ini. Misalnya beberapa komentar penyiar radio di Bandung, macam yang dikutip Aktuil dari mulut Wawan: ”Beberapa radio Bandung sebelum memutar lagu NoBo lebih dulu berkomentar: Ini merupakan group Bimbo yang merekam lagu2nya di Yukawi. Lantas ada komentar lain yang mengatakan, konon Nomo Koeswoyo dan NoKoes-nya join dengan Bimbo dan membuat nama group NoBo. 

Dan ada lagi yang konyol. Konon No Koes membuat lagu2 ala Bimbo dan direkam di Yukawi”. Bukan main memang intrik sensasi ini. Dan jangan dilupa pula bahwa peredaran kaset/plat NoBo Vol.1 juga tampil tanpa gambar tampang pemain. Dan hingga saat berita ini ditulis, ternyata NoBo masih belum mau pula untuk mengadakan jumpa pers macam dulu2. alasannya ” Biar orang2 mencari dia dulu!” kata Nomo. 

Ini memang sensasi sampai2 sang bapak ’Koeswoyo Senior' geleng kepala dengan sensasi Nomo. Komentarnya cuma sekalimat ini: ”Mas Nomo memang ulet orangnya!”. Karena uletnya itulah, tatkala di bulan Januari; Tonny Koeswoyo berulang-tahun, maka benggolan Koes Plus itu menyempatkan diri ke Yukawi. Tanpa diduga Tonny berbisik pada Nomo: ”Kowe luwih sukses timbang aku" ( kamu lebih sukses ketimbang saya). Sudah tentu kalimat ini bukan dibisikkan di depan kuping wartawan, tapi hasil wartawan menjiplak omongan Nomo Koeswoyo. Adakah omongan satu ini juga sensasi?? Saya kira tidak sebab dalam blantika ini, konon semua cara yang ugal2-an sekalipun dibiarkan saja. Contoh iklan2 yang banyak ngebohong!. (Sumber: Majalah AKTUIL)


Usman Bersaudara (Usbros)


Group band legendaris jebolan No Koes tahun 70-an , Usman Bersaudara setelah vakum hampir lamanya 26 tahun, kini Usman punya rencana akan kembali lagi ke blantika musik Indonesia ketika dilihat ternyata kancah musik Indonesia masih ramai, apalagi banyak band atau penyanyi solo baru yang ikut meramaikan kancah musik di negeri ini “jelas Usman ditemui di Museum Layang-Layang Pondok Labu Jakarta Selatan Minggu 2/11.

Usman Bersaudara yang vakum di dunia musik, saat itu album ke 32 tahun 1983, tetapi selama kevakumannya Usman tetap eksis di dunia industri musik Indonesia untuk lagu anak-anak yang kini menjadi produser sekaligus mengajar vocal dan penulis lirik. Sudah banyak penyanyi cilik yang diorbitkannya.

Bimbo


Bimbo adalah sebuah grup musik Indonesia yang didirikan sekitar tahun 1967. Personil Bimbo terdiri atas Sam, Acil, Jaka dan Iin Parlina.

Berawal dengan Trio Bimbo yang banyak dipengaruhi Musik Latin. Lalu merilis album perdana di label Fontana Singapura dengan Melati Dari Jayagiri karya Iwan Abdurachman. Di era tahun 70-an, Bimbo identik dengan lagu-lagu balada yang cenderung berpola minor dengan lirik-lirik puitis.

Di pertengahan 70-an, Bimbo yang lalu diperkuat oleh Iin Parlina dari Yanti Bersaudara mulai menjamah lagu-lagu dengan tema-tema keseharian seperti Abang Becak hingga lagu-lagu yang titelnya menggunakan serial anggota tubuh seperti Kumis, Tangan hingga Mata yang cenderung bernada humor. Memasuki era 80-an Bimbo mulai bermain dengan lagu-lagu dengan tema-tema kritik sosial seperti Antara Kabul dan Beirut atau Surat Untuk Reagan dan Brezhnev.

Namun, di sisi lain ciri khas sebagai kelompok religius pun melekat erat. Berawal dengan lagu Tuhan karya Sam Bimbo dan berlanjut dengan album qasidah di sekitar tahun 1974.
Dalam perjalanan musiknya Bimbo juga banyak menjalin kolaborasi dengan sederet sastrawan seperti Wing Kardjo dan Taufiq Ismail.

Pada tahun 2007, Bimbo merilis album baru yang antara lain menampilkan karya terbaru Taufiq Ismail yang berpola kritik sosial yaitu Jual Beli dan Hitam Putih.


Panbers (Panjaitan Bersaudara)






Panbers adalah satu nama kelompok pemusik yang merupakan kependekan dari Pandjaitan Bersaudara. Kelompok yang didirikan pada tahun 1969 ini terdiri dari empat orang kakak beradik kandung putra-putra dari Drs. JMM Pandjaitan, S.H, (Alm) dengan BSO Sitompul. Mereka adalah Hans Pandjaitan, Benny Pandjaitan, Doan Pandjaitan dan Sido Pandjaitan.

Dengan mengibarkan bendera Panbers, mereka merintis karier mereka di ibukota, mulai dari mengisi acara-acara hiburan di pesta sekolah dan pesta anak muda yang kala itu dikenal dengan ‘pesta dayak’. 

Dengan modal tekad yang bulat serta perjuangan yang gigih mereka mencoba mencipta lagu dan membawakannya di pests-pesta masa itu. Satu nomor yang tak henti mereka bawakan adalah Akhir Cinta, sebuah nomor yang melodius yang tiada bosan mereka hantarkan dimana saja mereka mengadakan pertunjukan. Lewat nomor tersebut pulalah nama Panbers mulai dikenal dan membuat era baru dalam dunia musik Indonesia.

Perjalanan karier Panbers diawali dengan kemunculan pertamanya lewat panggung Istora Senayan pada acara Jambore Bands 1970 yang membawa nama Panbers lebih dikenal luas. Terlebih setelah kesempatan muncul di televisi terbuka sudah buat mereka. Maka melengkinglah lagu-lagu orisinil karya mereka sendiri seperti Bye Bye, Jakarta City SOund, Akhir Cinta, Hanya Semusim Bunga dan Hanya Padamu.

Keberhasilan performance mereka di televisi rupanya menarik perhatian bapak Digta Mimi, seorang Manajer perusahaan piringan hitam Dimita Molding Industries, yang kemudian mengantar kelompok Panbers ke dunia rekaman. Mereka diberi kepercayaan untuk mangabadikan lagu-lagu mereka ke dalam bentuk piringan hitam ebonite. Seperti yang telah diketahui, muncullah hit mereka yang abadi, Akhir Cinta yang selalu terpatri di hati penggemar blantika musik Indonesia. Satu tahapan kesuksesan mereka terenggut lewat long play ke-49 produksi PT. Dimita yang bersejarah itu.

Keberhasilan Panbers di dunia rekaman merupakan awal dari kebangkitan grup band di dalam dunia musik Indonesia yang masa itu di dominir oleh penyanyi-penyanyi tunggal. Kelompok Koeswoyo Bersaudara yang sebagai perintis di tahun 60-an, kemudian kemunculan Panbers di awal tahun 1972 yang secara tepat diikuti oleh sekian puluh kelompok pemusik yang meramaikan dunia musik Indonesia hingga saat ini.

Untuk mengikuti perkembangan musik, Kelompok Panbers yang telah kehilangan Hans Pandjaitan, menambah personel ke dalam grup mereka yaitu Maxi Pandelaki yang diberi kesempatan untuk mengisi posisi bas. Sedangkan, Hans Pandjaitan diganti dengan seorang musikus yang bernama Hans Noya.

Panbers telah menciptakan lebih dari 700 lagu dalam ratusan album, baik yang beraliran pop, rock, rohani, keroncong bahkan melayu. Hingga kini kelompok Panbers masih eksis meramaikan dunia musik Indonesia, tidak hanya aktif show-show ke daerah-daerah namun mereka juga masih meliris album.

Beberapa lagu Panbers antara lain Gereja Tua, Cinta dan Permata, Kami Cinta Perdamaian, Indonesia My Lovely Country, Akhir Cinta, Jakarta City Sound, Haai, dan Terlambat Sudah.

Sumber : Wikipedia

The Mercy's




The Mercy’s berasal dari Medan, Sumatra Utara. Band yang dibentuk tahun 1969 ini digawangi oleh  Erwin Harahap (lead guitar), Rinto Harahap (bass guitar), Rizal Arsyad (rhythm guitar), Reynold Panggabean (drums) dan Alexander “Bun” (keyboards). Charles Hutagalung kemudian masuk dan menggantikan Alexander. 

Charles dan Rinto adalah personil yang banyak menulis lagu untuk The Mercy's. Berikutnya, Albert Sumlang bergabung dan menambahkan saxophone sebagai perangkatnya (Catatan: Albert meninggal tahun 2009. Dia dikenang sebagai pencipta hit Kisah Seorang Pramuria yang diciptakan, dinyanyikan dan dimainkan dengan saxophonenya).

Berikut ini lirik lagunya :
KISAH SEORANG PRAMURIA
Mengapa di dunia ini
Selalu menertawai
Hidupku yang hina ini
Berteman dengan seorang gadis
Mengapa semua manusia
Menghina kehidupannya
Mencari nafkah hidupnya
Sebagai seoang Pramuria
Semua itu tiadu arti bagiku
Ku anggap s’bagai penguji imanku
Kiranya Tuhan jadi saksi hidupku
Betapa sucinya jalinan cintaku
Walaupun hinaan ini
di tujukan pada diriku
Namun ku s’lalu tersenyum
Kar’na cintaku suci padanya
Semua itu tiada arti bagiku
Ku anggap s’bangai penguji imanku
Kiranya Tuhan jadi saksi hidupku, oh
Betapa sucinya jalinan cintaku
Walaupun hinaan ini
di tujukan pada diriku
Namun ku s’lalu tersenyum
Kar’na cintaku suci padanya
Namun ku s’lalu tersenyum
Kar’na cintaku suci padanya


Favourite's Group



Rek ayo rek m’laku-m’laku nang Tunjungan (ayo ngan)
Rek ayo rek rame-rame bebarengan (ayo ngan)


Mungkin ada beberapa yang ingat lagu di atas yang pernah populer oleh Mul Mulyadi, penyanyi keroncong kakak Mus Mujiono ini? Kalo ingat mungkin ingat juga Is Haryanto sang penabuh drum Favourite's Group.

Tanggal 26 Maret 2009 kemarin, pada usia yang ke 69 telah meninggal Is Haryanto, sang pencipta Rek Ayo Rek dan tokoh musik Indonesia. Is Haryanto adalah salah satu personil Favourite's Group yang pernah digawangi almarhum A Riyanto dan Mus Mulyadi di era tahun 70an. Beliau meninggal dikarenakan sakit kanker dan dirawat di RSPP Jakarta dan dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kampung Kandang, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Pria kelahiran Tegal, 22 Agustus 1940 ini banyak memiliki lagu-lagu hits di eranya antara lain "Rindu Asmara", "Kau S'makin Mempesona", "Hilang Permataku", dan "Sepanjang Jalan Kenangan". salah satu anak Is Haryanto mengikuti jejak di industri musik, yakni Vien Is Haryanto.
D'Lloyd





D’Lloyd ini terdiri dari Bartje van Houten (gitar), Sjamsuddin (vokal), Chairul (drum), Totok (bas), Budi (kibor), dan Yuyun (saksofon/flute). Berdiri pada 1969, kemudian rekaman 1972, D’Lloyd (berasal dari kata Djakarta Llyod) tetap awet sampai sekarang.
Kumpulan D'LLoyd merupakan kumpulan yang terkenal di era 70-an hingga kini.Lagu-lagunya seperti Keagungan Tuhan, Tak Mungkin, Oh Di Mana, Karena Nenek, Semalam di Malaysia, Cinta Hampa dan Mengapa Harus Jumpa cukup mempesona serta meghiburkan.Kebanyakan lagu-lagu popular D'Lloyd dicipta oleh pemain bass guitar kumpulan itu, Bartje Van Houten (Barce).Vokalis utamanya, Syamsuar Hasyim (Sam).

God Bless

God Bless adalah grup musik Rock dari Surabaya, Indonesia, yang dibentuk pada tahun 1973.

Dasawarsa 1970-an bisa dianggap sebagai tahun-tahun kejayaan mereka. Salah satu bukti nama besar mereka adalah sewaktu God Bless dipilih sebagai pembuka konser grup musik Rock Legendaris Dunia, Deep Purple di Jakarta pada tahun 1975.
Walau tidak banyak merilis album, God Bless dianggap sebagai "Legenda grup musik Rock Indonesia", God Bless dianggap sebagai pelopor yang memiliki kualitas bermusik tinggi.

Sepanjang perjalanannya, God Bless mengalami 15 kali lebih pergantian personil. Formasi saat ini tinggal Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), dan Donny Fattah Gagola (bass) yang masih dapat dikatakan sebagai personil aktif.
Pada awal Mei 2009, God Bless mengeluarkan album terbarunya yang berjudul 36th.

Anggota :
Ahmad Albar - Vokal
Ian Antono - Gitar
Donny Fattah Gagola - Bass
Abadi Soesman - Kibor
Yaya Moektio - Drum

Mantan Anggota :
Eet Sjahranie (Edane) - Gitar
Dedy Dores - Gitar
Jockie Surjoprajogo - Kibor
Indra Ras - Kibor
Teddy Sujaya - Drum
Keenan Nasution - Drum
Gilang Ramadhan - Drum

Diskografi :
God Bless (1975)
Cermin (1980)
Semut Hitam (1988)
Raksasa (1989)
Apa Kabar (1997)
36th (2009)

Kompilasi :
The Story of God Bless (1990)
18 Greatest Hits of God Bless (1992)


AKA


AKA berasal dari nama Apotek Kali Asin di Surabaya, dengan anggota Ucok Harahap, Soenatha Tanjung, Arthur Kaunang, Syech Abidin.

Blantika rock Indonesia mengenal sosok Ucok Harahap ketika ia bersama bandnya, AKA mampu menggemparkan panggung musik Indonesia lewat aksi-aksi teatrikalnya di dekade 70an. Ketika banyak band bermunculan di dekade itu, AKA mampu menyeruak dengan tingkah laku para anggotanya yang bisa dikatakan sinting, terutama sang vokalis, Ucok yang berambut kribo. 

Ucok memukau dengan aksi mistik layaknya menggantung diri di tengah lagu setelah sebelumnya dicambuk oleh para algojo. Pernah dalam suatu pertunjukan di TIM medio 70an' Ucok kerasukan makhluk halus setelah melakukan aksi keluar dari peti mati. Di luar skenario, Ucok yang berhasil keluar dari peti lalu lari ketakutan melompati genteng setinggi orang dewasa, sementara musik rock yang dimainkan tiga rekannya tetap meraung mengiringi aksi 'dadakan' dari Ucok. Alhasil penonton pun terpukau dan bertepuk tangan meriah. Tahun 1975, para anggota AKA berpisah. Sementara Sonatha Tanjung (gitar), Arthur Kaunang (bas) dan Sjech Abidin (drum) membentuk SAS, Ucok membentuk Ucok and His Gangs serta sukses bersama Achmad Albar dalam membentuk grup Duo Kribo.

Hampir 35 tahun kemudian ketika usianya menginjak kepala enam, Ucok masih juga melakukan aksi gilanya. Pada perhelatan Jakarta Rock Parade di tahun 2008, Ia yang masih saja memelihara rambut gondrongnya walau sudah memutih dan botak di atasnya, kembali 'digantung' dengan posisi kepala di bawah, sebelumnya ia juga sempat dicambuk oleh dua algojo. Aksinya tidak hanya di situ, Ucok yang terlihat sangat rindu bermain di panggung besar juga melakukan head stand, bermain kibord dengan kaki dan 'bercinta' dengan drum. 

Sementara tiga rekannya di AKA beralih profesi menjadi penyiar agama, Ucok tetap memegang teguh musik rock di relung hatinya, bahkan hingga akhir hayatnya. Ia beberapa kali tampil di stasiun TVRI bersama musisi yang lebih muda membawakan nomor-nomor klasik AKA seperti Shake Me, Crazy Joe atau Badai Bulan Desember. Selamat jalan Ucok! (*) rio


SAS Group


Susunan formasi personil SAS sama dengan AKA, hanya minus Ucok Harahap. Arthur tetap memainkan bass guitar, keyboard dan piano. Arthur memainkan bass guitar dengan posisi senar tidak berubah. Tangan kidalnya memainkan bass guitar dengan teknik memegang accord sangat karakteristik. Sebenarnya nama lengkap Arthur adalah Arthur Victor George Jean Anesz. Semenjak di AKA, Arthur menyingkatnya dengan Arthur Anesz. Barulah ketika merilis album ke 5 (lima) SAS Group ’80, ia merubah menjadi Arthur Kaunang.

Sunatha Tandjung memainkan Guitar, harmonika dan biola. Teknik bermain Sunatha banyak dipengaruhi oleh Richi Blackmore, “Dewa Gitar” dari Deep Purple dan Toni Iomi dari Black Sabbath. Wajahnya yang “Cold”, sangat berbeda dengan kegarangannya di panggung ketika mencabik gitarnya. Terlebih ketika menggesek biola saat pertunjukkan, gitar mautnya ditanggalkan dan mengalunlah suara biola, maka tak ayal tepuk riuh penonton menggelegar. Simak lagu Greensleeves selain memainkan gitar, koor, Sunatha juga bermain biola dengan manis.

Sedangkan penggebuk bedug Inggris dipercayakan Syech Abidin Jefri. Arek Ampel keturunan Arab bersuara khas dengan vibrasi keroncong, dahulu selalu menggunakan kaos bergambar “Bintang Gatot Kaca”. Syech Abidin adalah anggota SAS yang paling produktif didalam menciptakan komposisi lagu.

Kehadiran Trio SAS Group mengingatkan pada group-group rock lainnya dengan formasi tiga personil seperti : Rush (Canada ), ELP (UK) atau Grand Funk Raillroad (USA) . Atau group anak negeri seangkatan mereka, misal Super Kid yang beranggotakan Deddy Stanzah, Jelly Tobing dan Deddy Dores. Keahlian / skill yang prima dari anggota band trio adalah hal penting, terlebih apabila memainkan instrumen sambil bernyanyi.

Demikian juga dengan SAS, selain piawai memainkan instrumennya, personil SAS memiliki kemampuan dalam olah vokal, bahkan mencipta lagu. Lagu Summer Sun (album SAS Vol 2) diciptakan sekaligus dinyanyikan Sunatha Tanjung. Lagu Sirkuit (album Sirkuit) diciptakan sekaligus dinyanyikan Atrthur Kaunang. Atau Lagu Lapar (Album SAS Volume 4) diciptakan sekaligus dinyanyikan oleh Syech Abidin. Hampir semua lagu yang bernuansa nge-pop sebagian besar diciptakan sekaligus dinyanyikan oleh Syeh Abidin. Syeh biasanya menyanyikan dengan nuansa “keroncong”nya. Sebagaimana The Beatles, bila John Lennon menciptakan lagu maka John-lah yang menyanyikan lagu tersebut, bukan Paul McCartney. Demikian halnya dengan SAS, bila yang menciptakan lagu adalah Syech hampir bisa dipastikan bahwa Syech Abidin-lah pelantun tembangnya. Seperti lagu Rindu, Kasihku bungaku, Untuk dirimu dan lain sebagainya. Berbeda sekali dengan lagu yang nge-rock terutama yang berlirik Bahasa Inggris, diciptakan Arthur Kaunang. Dan dapat dipastikan : Arthur Kaunanglah penyanyinya. Kendati tidak sebanyak kedua rekannya, Sunatha Tanjung juga dapat memainkan instrumennya menciptakan lagu, sekaligus menyanyikannya.

Penampilan SAS di panggung sangat berbeda dengan penampilan AKA. Tidak lagi gila-gilaan sebagaimana AKA, atau menakutkan sebagaimana Trencem. SAS tidak mengusung gaya tearikal ala Black Sabbath, atau berdandan ala Alice Cooper. Mereka mengedepankan bermain musik sebagaimana ELP. Atraksi panggung mereka sebagaimana group band konvesional, Arthur sebagai sentral penampilan SAS on Stage. Bahkan acapkali action Solo-Bass Arthur membuat penonton berdecak kagum…

Di dapur rekaman, mereka memilih perusahaan berbendera Indra Record yang berada di Surabaya. Barulah ketika lama vakum di tahun 87-an akhirnya mereka pindah ke Jakarta dan merekam lagu mereka tidak lagi dibawah bendera Indra Record, dan berikut urutan perjalanan album SAS Group. SAS Group Vol.1, SAS Vol II, SAS Vol-3, Sas Group Vol 4 - LAPAR, SAS Group’80, SAS 1981, Episode Jingga, Sirkuit, Dan SAS-pun akhirnya menyudahi karya mereka dengan album terakhir Metal Baja . Walaupun belum ada pernyataan resmi bubarnya SAS, tapi hingga sekarang mereka telah mati-suri di blantika musik cadas tanah air.

Sekarang masing - masing personil sudah mulai menikmati harituanya. Sunatha Tanjung mengundurkan diri dari dunia musik hingar bingar dan konon menjadi pendeta seperti yang dilakukan Alex Kembar Group atau Ade Manuhutu. Arthur sesekali muncul di pub-pub untuk mengobati kerinduannya bermusik dan punya anak artis cantik terkenal Tessa Kaunang. Syech Abidin telah mewariskan bakat ngebandnya ke anak-anaknya yang sekarang mendirikan Gift-Band, Fariz (drumer), Fahrur (vokal), Fahim (bas), dan Zakaria (gitar). Sementara dikhabarkan bahwa Ucok AKA Harahap, yang memang nomaden, pernah menetap di Jakarta. Sempat pula tinggal di Yogya selama 2 tahun, pernah juga berada di Muntilan. Sesekali muncul di Café-nnnn Lawang dengan mobil “Batman”-nya.

Sumber : ravindata.multiply.com


The Rollies


The Rollies diawali ketika Deddy Sutansyah bertemu dengan Iwan Krisnawan dan Teuku Zulian Iskandar Madian dari grup Delimars serta Delly Djoko Alipin dari grup Genta Istana. Deddy mengajak mereka bergabung dalam sebuah grup yang diberi nama Rollies pada bulan April 1967. Orangtua Deddy yang pengusaha hotel menjadi penyandang dana dan menyediakan semua peralatan musik yang diperlukan. Rollies mulai malang melintang di negeri sendiri dengan membawakan lagu-lagu The Beatles, Bee Gees, Hollies, Marbles, Beach Boys, Herman Hermits, juga lagu populer dari Tom Jones dan Engelbert Humperdink. Setelah itu baru mereka mengisi acara di kelab malam Singapura tahun 1969.

Ketika tampil di negeri jiran itu, personel Rollies sudah diperkuat Gito dan Benny Likumahuwa. Lagu yang mereka bawakan pun berkembang dan mulai mengandalkan alat musik tiup, masa trade-mark Rollies sebagai pembawa lagu-lagu James Brown BST (Blood Sweat and Tears) dan Chicago dimulai. Di sana mereka tidak hanya berkesempatan manggung.

Dari band inilah muncul nama Gito Rollies yang ikut meramaikan blantika musik Indonesia.

Sumber : opinibureto.blogspot.com


Koes Plus, Legenda Musik Indonesia

 
Koes Plus adalah grup musik Indonesia yang dibentuk pada tahun 1969 sebagai kelanjutan dari grup Koes Bersaudara. Grup musik yang terkenal pada dasawarsa 1970-an ini sering dianggap sebagai pelopor musik pop dan rock 'n roll di Indonesia. Sampai sekarang, grup musik ini kadang masih tampil di pentas musik membawakan lagu-lagu lama mereka, walaupun hanya tinggal dua anggotanya (Yon dan Murry) yang aktif. Lagu-lagu mereka banyak dibawakan oleh pemusik lain dengan aransemen baru. Sebagai contoh, Lex's Trio membuat album yang khusus menyanyikan ulang lagu-lagu Koes Plus, Cintamu T'lah Berlalu yang dinyanyikan ulang oleh Chrisye, serta Manis dan Sayang yang dibawakan oleh Kahitna.

Kelompok ini dibentuk pada tahun 1969, sebagai kelanjutan dari kelompok “Koes Bersaudara”. Koes Bersaudara menjadi pelopor musik pop dan rock 'n roll, bahkan pernah dipenjara karena musiknya yang dianggap mewakili aliran politik kapitalis. Di saat itu sedang garang-garangnya gerakan anti kapitalis di Indonesia.Pada Kamis 1 Juli 1965, sepasukan tentara dari Komando Operasi Tertinggi (KOTI) menangkap kakak beradik Tony, Yon, dan Yok Koeswoyo dan mengurung mereka di LP Glodok, kemudian Nomo Koeswoyo atas kesadaran sendiri, datang menyusul. 

Adik Alm Tony Koeswoyo itu rupanya memilih "mangan ora mangan kumpul" ketimbang berpisah dari saudara-saudara tercinta. Adapun kesalahan mereka adalah karena selalu memainkan lagu - lagu The Beatles yang dianggap meracuni jiwa generasi muda saat itu. Sebuah tuduhan tanpa dasar hukum dan cenderung mengada ada, mereka dianggap memainkan musik "ngak ngek ngok" istilah Pemerintahan berkuasa saat itu, musik yg cenderung imperialisme pro barat. Dari penjara justru menghasilkan lagu-lagu yang sampai saat sekarang tetap menggetarkan, "Didalam Bui", "jadikan aku dombamu", "to the so called the guilties", dan "balada kamar 15". 29 September 1965, sehari sebelum meletus G 30 S-PKI, mereka dibebaskan tanpa alasan yang jelas.belakangan setelah Peristiwa itu berlalu,Koes Bersaudara yang masih hidup dan menginjak usia tua melakukan testimoni di depan pemirsa acara talkshow KICK ANDY (Metro TV)pada akhir 2008 bahwa di balik penangkapan mereka sebenarnya pemerintahan Soekarno menugaskan mereka dalam sebuah operasi Kontra Intelejen guna mendukung gerakan Ganyang Malaysia.
 
Dari kelompok Koes Bersaudara ini lahir lagu-lagu yang sangat populer seperti “Bis Sekolah”,“ Di Dalam Bui”, “Telaga Sunyi”, “Laguku Sendiri” dan masih banyak lagi. Satu anggota Koes Bersaudara, Nomo Koeswoyo keluar dan digantikan Murry sebagai drummer. Walaupun penggantian ini awalnya menimbulkan masalah dalam diri salah satu personilnya, yakni Yok yang keberatan dengan orang luar. Nama Bersaudara seterusnya diganti dengan Plus, artinya plus orang luar: Murry. Sebenarnya lagu-lagu Koes Bersaudara lebih bagus dari segi harmonisasi ( seperti lagu “Telaga Sunyi”, “Dewi Rindu” atau “Bis Sekolah”) dibanding lagu-lagu Koes Plus. Saat itu Nomo, selain bermusik juga mempunya pekerjaan sampingan. 

Sementara Tonny menghendaki totalitas dalam bermusik yang membuat Nomo harus memilih. Akhirnya Koes Bersaudara harus berubah. Kelompok Koes Plus dimotori oleh almarhum Tonny Koeswoyo (anggota tertua dari keluarga Koeswoyo). Koes Plus dan Koes Bersaudara harus dicatat sebagai pelopor musik pop di Indonesia. Sulit dibayangkan sejarah musik pop kita tanpa kehadiran Koes Bersaudara dan Koes Plus.

Tradisi membawakan lagu ciptaan sendiri adalah tradisi yang diciptakan Koes Bersaudara. Kemudian tradisi ini dilanjutkan Koes Plus dengan album serial volume 1, 2 dan seterusnya. Begitu dibentuk, Koes Plus tidak langsung mendapat simpati dari pecinta musik Indonesia. Piringan hitam album pertamanya sempat ditolak beberapa toko kaset. Mereka bahkan mentertawakan lagu “Kelelawar” yang sebenarnya asyik itu.


Kemudian Murry sempat ngambek dan pergi ke Jember sambil membagi-bagikan piringan hitam albumnya secara gratis pada teman-temannya. Dia bekerja di pabrik gula sekalian main band bersama Gombloh dalam grup musik Lemon Trees. Tonny yang kemudian menyusul Murry untuk diajak kembali ke Jakarta. Baru setelah lagu “Kelelawar” diputar di RRI orang lalu mencari-cari album pertama Koes Plus. Beberapa waktu kemudian lewat lagu-lagunya “Derita”, “Kembali ke Jakarta”, “Malam Ini”, “Bunga di Tepi Jalan” hingga lagu “Cinta Buta”, Koes Plus mendominasi musik Indonesia waktu itu.


Dengan adanya tuntutan dari produser perusahaan rekaman maka group-group lain yang “seangkatan” seperti Favourites, Panbers, Mercy's, D'Lloyd menjadikan Koes Plus sebagai “kiblat”, sehingga group-group ini selalu meniru apa yang dilakukan Koes Plus, pembuatan album di luar pop Indonesia, seperti pop melayu dan pop jawa menjadi trend group-group lain setelah Koes Plus mengawalinya.


"Seandainya kelompok ini lahir di Inggris atau AS bukan tidak mungkin akan menggeser popularitas Beatles". “Lagu Nusantara I” (Volume 5), “Oh Kasihku” (Volume 6), “Mari-Mari” (Volume 7), “Diana” dan “Kolam Susu” ( Volume 8) merajai musik pop waktu itu. Puncak kejayaan Koes Plus terjadi ketika mereka mengeluarkan album Volume 9 dengan lagu yang sangat terkenal “Muda-Mudi” (yang diciptakan Koeswoyo, bapak dari Tonny, Yon dan Yok). Disusul lagu “Bujangan” dan “Kapan-Kapan” dari volume 10. Masih berlanjut dengan lagu “Nusantara V” dari album Volume 11 dan “Cinta Buta” dari album Volume 12.


Bersamaan dengan itu Koes Plus juga mengeluarkan album pop Jawa dengan lagu yang dikenal dari tukang becak, ibu-ibu rumah tangga, hinga anak-anak muda, yaitu “Tul Jaenak” dan “Ojo Nelongso”. Belum lagi lagu mereka yang berirama melayu seperti “Mengapa”, “Cinta Mulia” dan lagu keroncongnya yang berjudul “Penyanyi Tua”. Sayang sekali di setiap album yang mereka keluarkan tidak ada dokumentasi bulan dan tahun, sehingga susah melacak album tertentu dikeluarkan tahun berapa. Bahkan tidak ada juga kata-kata pengantar lainnya. Album mereka baru direkam secara teratur mulai volume VIII setelah ditandatangani kontrak dengan Remaco. Sebelumnya perusahaan yang merekam album-album mereka adalah “Dimita”.


Pada tahun 1972-1976 udara Indonesia benar-benar dipenuhi oleh lagu-lagu Koes Plus. Baik radio atau orang pesta selalu mengumandangkan lagu Koes Plus. Barangkali tidak ada orang-orang Indonesia yang waktu itu masih berusia remaja yang tidak mengenal Koes Plus. Kapan Koes Plus mengeluarkan album baru selalu ditunggu-tunggu pecinta Koes Plus dan masyarakat umum.


Tahun 1972 Koes Plus sempat menjadi band terbaik dalam Jambore Band di Senayan. Semua peserta menyanyikan lagu Barat berbahasa Inggris. Hanya Koes Plus yang berani tampil beda dengan menyanyikan lagu “Derita” dan “Manis dan Sayang”.


Dari informasi yang dikirim seorang penggemar Koes Plus, ternyata prestasi Koes Plus memang luar biasa. Pada tahun 1974 Koes Plus mengeluarkan 22 album, yaitu terdiri dari album lagu-lagu baru dan album-album "the best" termasuk album-album instrumentalia, yang dibuat dari instrument asli Koes Plus atau rekaman "master" yang kemudian diisi oleh permainan saxophone Albert Sumlang, seorang pemain dari group the Mercy's. Jadi rata-rata mereka mengeluarkan 2 album dalam satu bulan. Tahun 1975 ada 6 album. Kemudian tahun 1976 mereka mengeluarkan 10 album. Mungkin rekor ini pantas dicatat di dalam Guinness Book of Record. Dan hebatnya, lagu-lagu mereka bukan lagu ‘asal jadi’, tetapi memang hampir semua enak didengar. Bukti ini merupakan jawaban yang mujarab karena banyak yang mengkritik lagu-lagu Koes Plus cuma mengandalkan “tiga jurus”: kunci C-F-G.


Karena banyak jasanya dalam pengembangan musik, masyarakat memberikan tanda penghargaan terhadap prestasinya menjadi kelompok legendaris dengan diberikannya tanda penghargaan melalui "Legend Basf Award, tahun 1992.Prestasi yang dimiliki disamping masa pengabdiannya dibidang seni cukup lama, produk hasil ciptaan lagunya pun juga memadai karena sejak tahun 1960 sampai sekarang berhasil menciptakan 953 lagu yang terhimpun dalam 89 album. Prestasi hasil ciptaan lagu untuk periode kelompok Koes Bersaudara sebanyak 203 lagu (dalam 17 album),sedang untuk periode kelompok Koes Plus sebanyak 750 lagu dalam 72 album (Kompas,13 September 2001).


Salah satu anggota Koes Plus mengatakan bahwa mereka dibayar sangat mahal pada masa jayanya. Yon mengungkapkan bahwa pada tahun 1975 mereka manggung di Semarang. "Waktu itu pada tahun 1975, kami telah dibayar Rp 3 juta saat pentas di Semarang," kenang dia. Padahal, saat itu harga sebuah mobil Corona tahun 1975 kira-kira Rp 3,750 juta. Bila dikurs saat ini bayaran tersebut kurang lebih sama dengan Rp 150 juta.(Suara Merdeka, 4 Mei 2001)


Waktu itu, Rp 3,5 juta sangat tinggi, mengingat mobil sedan baru Rp 3 juta. Jika dikurskan dengan nilai uang sekarang, jumlah itu sama dengan Rp 200 juta sampai Rp 300 juta. Jumlah penonton melimpah ruah tidak seperti sekarang, kenang Yon. (Suara Merdeka, 23 Oktober 2001).


Setelah itu popularitas Koes Plus mulai redup. Mungkin karena generasi sudah berganti dan selera musiknya berubah. Koes Plus vakum sementara dan Nomo masuk lagi menggantikan Murry, sekitar akhir 1976-an. Koes Bersaudara terbentuk lagi dan langsung ngetop dengan lagunya “Kembali” yang keluar tahun 1977. Murry bersama groupnya Murry's Group juga cukup menggebrak dengan lagunya “Mamiku-papiku”. Tidak bertahan lama tahun 1978 kembali terbentuk Koes Plus. Lagu barunya, “Pilih Satu” juga langsung populer. Setelah itu keluar lagu “Cinta”, dengan aransemen orchestra, yang benar-benar berbeda dengan lagu Koes Plus yang lain. Kemudian populer juga album melayu mereka yang memuat lagu “Cubit-Cubitan” dan “Panah Asmara”. Tetapi Koes Plus generasi ini tidak lagi sepopuler sebelumnya. Walaupun, kalau disimak lagu-lagu yang lahir setelah 1978, masih banyak lagu mereka yang bagus.


Nasib Koes Plus kini sangat tragis. Seperti kata Yon suatu ketika bahwa Koes Plus hanya besar namanya tetapi tidak punya apa-apa. Ucapan ini memang pas untuk mewakili keadaan personel Koes Plus. Mereka tidak mendapatkan uang dari hasil penjualan kaset yang berisi lagu-lagu lama mereka. Tidak seperti para penyanyi/pemusik masa kini yang gaya hidupnya “wah” karena dari segi finansial pendapatannya sebagai penyanyi/pemusik cukup terjamin. Begitu juga bekas group-group tersohor seperti Beatles, atau Led Zeppelin, mereka hidup dengan enak hanya dari royalti kaset/VCD/CD/DVD yang mereka hasilkan. Sampai anak-anak dan istri mereka pun menikmati kelimpahan finansial ini.


Koes Plus hanya dibayar sekali untuk setiap album yang dihasilkan. Tidak ada royalti, tidak ada tambahan fee untuk setiap CD/kaset yang terjual. Maka tidak heran ketika tahun 1992 Yon harus jualan batu akik untuk menghidupi rumah tangganya. Sementara kaset dan CD lagunya masih laris terjual di Indonesia. Sekarang pun di usianya yang ke-63 Yon dan kawan-kawan (Murry beberapa kali tidak tampil karena sakit) membawa nama Koes Plus harus manggung untuk mendapatkan uang. Dengan sisa-sisa suara dan kekuatannya mereka harus menjual suara dan tenaganya. Yon memang tidak merasakan ini sebagai beban. Dia bersyukur lagunya masih dicintai orang. Tetapi kita prihatin mendengar kabar seperti ini.


Discography

1969

   1. Koes Plus Dheg-dheg Plas (Melody. LP-23)

1970
   1. Natal bersama Koes Plus (EP) (mesra. EP-97)
   2. Koes Plus Volume 2 (Mesra. LP-44)

1971
   1. Koes Plus Volume 3 (Mesra. LP-48)

1972
   1. Koes Plus Volume 4 Bunga Di Tepi Jalan (Mesra. LP-50)
   2. Koes Plus Volume 5 (Mesra. LP-51)

1973
   1. Koes Plus Volume 6 (Mesra. LP-60)
   2. Koes Plus Volume 7 (Mesra. LP-65)
   3. Koes Plus Volume 8 (Remaco. RLL-187)
   4. Koes Plus Volume 9 (Remaco. RLL-208)
   5. Christmas Song (Remaco. RLL-210)

1974
   1. Koes Plus Volume 10 (Remaco. RLL-209)
   2. Koes Plus Volume 11 (Remaco. RLL-301)
   3. Koes Plus Volume 12 (Remaco. RLL-302)
   4. Koes Plus Qasidah Volume 1 (Remaco. RLL-341)
   5. Natal bersama Koes Plus (LP) (Remaco. RLL-342)
   6. Koes Plus The Best Of Koes
   7. Koes Plus Pop Anak-Anak Volume 1 (Remaco. RLL-306)
   8. Koes Plus Another Song For You (Remaco. RLL-348)
   9. Koes Plus Pop Melayu Volume 1 (Remaco. RLL-314)
  10. Koes Plus Pop Melayu Volume 2 (Remaco. RLL-347)
  11. Koes Plus Pop Jawa Volume 1 (Remaco. RLL-248)
  12. Koes Plus Pop Jawa Volume 2 (Remaco. RLL-311)
  13. Koes Plus Pop Keroncong Volume 1 (Remaco. RLL-299)
  14. Koes Plus Pop Keroncong Volume 2 (Remaco. RLL-300)
  15. Koes Plus Volume 8 (Instrumental)
  16. Koes Plus Volume 9 (Instrumental)
  17. Koes Plus Volume 10 (Instrumental)
  18. Koes Plus Volume 11 (Instrumental)
  19. Koes Plus The Best Of Koes (Instrumental)
  20. Koes Plus Pop Jawa Vol 1 (Instrumental)
  21. Koes Plus Pop Jawa Vol 2 (Instrumental)
  22. Koes Plus Pop Melayu Volume 1 (Instrumental)
  23. Koes Plus Pop Keroncong Volume 1 (Intrumental)

1975
   1. Koes Plus Volume 13 (Remaco. RLL-303)
   2. Koes Plus Volume 14 (Remaco. RLL-631)
   3. Koes Plus Selalu Dihatiku (Remaco. RLL-468)
   4. Koes Plus Pop Anak-Anak Volume 2 (Remaco. RLL-448)
   5. Koes Plus Pop Melayu Volume 3 (Remaco. RLL-390)
   6. Koes Plus Pop Jawa Volume 3
   7. Koes Plus Pop Melayu Volume 2 (Instrumental)

1976
   1. Koes Plus In Concert (Remaco. RLL-635)
   2. Koes Plus History Of Koes Brothers (Remaco. RLL-715)
   3. Koes Plus In Hard Beat Volume 1 (Remaco. RLL-717)
   4. Koes Plus In Hard Beat Volume 2 (Remaco. RLL-768)
   5. Koes Plus In Folk Song Volume 1 (Remaco. RLL-)
   6. Koes Plus Pop Melayu Volume 4 (Remaco. RLL-730)
   7. Koes Plus Pop Keroncong Volume 3 (Remaco. RLL-388)
   8. Koes Plus Pop Jawa Melayu (Remaco. RLL-633)
   9. Koes Plus Volume 12 (Instrumental)

1977
   1. Koes Plus Pop Jawa Volume 4

1978
   1. Koes Plus 78 Bersama Lagi (Purnama. PLL-2061)
   2. Koes Plus 78 Melati Biru (Purnama. PLL-2077)
   3. Koes Plus 78 Pop Melayu Cubit-Cubitan (Purnama. PLL-3055)

1979
   1. Koes Plus 79 Melepas Kerinduan (Purnama. PLL-323)
   2. Koes Plus 79 Berjumpa Lagi (Purnama. PLL-3040)
   3. Koes Plus 79 Aku Dan Kekasihku (Purnama. PLL-4022)
   4. Koes Plus 79 Pop Melayu Angin Bertiup (Purnama. PLL-4009)

1980
   1. Koes Plus 80 Jeritan Hati (Remaco. PLL-4044)

1981
   1. Koes Plus 81 Sederhana Bersamamu (Purnama. PLL-5091)
   2. Koes Plus 81 Asmara
   3. Koes Plus Medley 13 Th Karya Koes Plus
   4. Koes Plus 81 Pop Melayu Oke Boss
   5. Koes Plus Medley Dangdut 13 Th Karya Koes Plus

1982
   1. Koes Plus 82 Koperasi Nusantara
   2. Koes Plus 81 Pop Keroncong

1983
   1. Koes Plus 83 Da da da
   2. Koes Plus Re-Arrange I & II

1984
   1. Koes Plus 84 Angin Senja & Geladak Hitam
   2. Koes Plus 84 Palapa
   3. Memble
   4. Koes Plus Album Nostalgia Platinum 1
   5. Koes Plus Album Nostalgia Platinum 2
   6. Koes Plus Album Nostalgia Platinum (Intrumental)

1985
   1. Koes Plus 85 Ganja Kelabu

1987
   1. Koes Plus 87 Cinta Di Balik Kota
   2. Koes Plus 87 Lembah Derita
   3. Milik Illahi

Single Hits Koes Plus
Aku Kembali
Aku Takkan Lupa

Angin Laut

Apa Salahku

Ayah

Ayah Dan Ibu

Bahagia Dan Derita

Belajar Bernyanyi

Bis Sekolah

Buat Apa Susah

Bujangan

Bunga Di Tepi Jalan

Cinta Mulia

Cintamu Telah Berlalu

Cubit-cubitan

Dara Manisku

Derita

Desember

Dewi Rindu

Diana

Di Dalam Bui

Di Sana Sini

Doa Suciku

Hatiku Beku

Hatimu Hatiku

Hidup Yang Sepi

Ibu dan Lagu

Jangan Bersedih

Jangan Bersedih Hati

Jemu

Kala Kala

Kapan Kapan

Kau Bina Hidup Baru

Kau Datang Lagi

Kelelawar

Kembali

Kembali Ke Jakarta

Keroncong Pertemuan

Kisah Sedih Di Hari Minggu

Kolam Susu

Kuduslah Cintamu

Layang-layang

Maafkan Aku

Main Belakang

Mak Engket

Manis dan Sayang

Mari Berjoget

Mari-mari

Maria

Masa Remaja

Mawar Bunga

Melati Biru

Mengapa

Mobil Tua

Muda-mudi

Nusantara I

Nusantara II

Nusantara III

Nusantara V

Nusantara VII

Oh Kasihan

Oh Kau Tahu

O La La

Omah Gubuk

Pagi Yang Indah

Pelangi

Penyanyi Butuh Uang

Penyanyi Muda

Penyanyi Tua

Rindu

Seindah Matahari

Semua Sama

Senja

Siapa Bilang

Sita Satu Satu

Tak Mengerti

Tangis Dihatiku

Telaga Sunyi

Terang Bulan Yang Sedih

Terlambat

Tul Jaenak

Why Do You Love Me

Ya Fatimah