Monday, September 20, 2010

Akun Facebook Bos Interpol Dicuri Hacker

VIVAnews - Orang ini
adalah salah satu orang
yang paling berpengaruh
di jajaran keamanan
internasional. Tapi, di
ranah jejaring sosial, bos
interpol ini tidak berdaya.
Akun Facebooknya,
justru dicuri oleh seorang
hacker yang mengincar
informasi rahasia. Pada
acara konferensi
keamanan informasi
Interpol di Hong Kong
akhir pekan lalu, Sekjen
Interpol Ronald K Noble
mengakui kecurian di
Facebook dua kali.
Awalnya ia tidak tahu,
namun tim respon
keamanan Interpol
memberitahukannya,
bahwa ada dua akun
palsu yang berpura-pura
menjadi akun asli Noble
di Facebook. Dua akun
palsu itu dibuat di tengah-
tengah digelarnya
'Operation Infra-Red',
yakni operasi besar-
besaran untuk menjaring
para penjahat
internasional.
Operation Infra-Red
dilaksanakan antara Mei
dan Juli yang lalu, untuk
menangkapi para buron
kriminil, mulai dari
pembunuh, pedofil,
penipu, koruptor,
penyelundup narkoba,
maupun pelaku
pencucian uang, yang
melarikan diri ke luar
negara mereka.
"Salah satu hacker
menggunakan akun palsu
saya di Facebook untuk
mendapatkan informasi
target-target buron yang
dikejar selama Operation
Infra-Red dilaksanakan,"
kata Noble, dikutip oleh
situs PCWorld. Operasi
itu sendiri pada akhirnya
berhasil menjaring 130
buronan.
Walaupun Interpol sendiri
telah memiliki akun resmi
di Facebook, namun
Noble mengaku kaget
ternyata ada profil dirinya
di jejaring sosial itu.
"Cybercrime kini tumbuh
menjadi ancaman yang
sangat kongkrit.
Mengingat anonimitas
yang terjadi di internet,
cybercrime mungkin
akan menjadi salah satu
ancaman kriminal yang
paling berbahaya yang
pernah kita hadapi," kata
Noble.
Pekan lalu, sebuah survei
yang diadakan oleh Panda
Security juga
mengungkapkan bahwa
sepertiga dari perusahaan
UKM di Amerika Serikat
mengklaim bahwa
mereka ketularan
malware dan virus gara-
gara staf mereka
mengakses ke situs
jejaring sosial.
Kebanyakan dari
perusahaan UKM itu
mengalami masalah
privasi karena Facebook
(73,2 persen), Twitter
(50,7 persen), dan
YouTube (29,6 persen).
Sementara mayoritas
responden kerasukan
malware (program
berbahaya) gara-gara Facebook (71,6 persen).

No comments:

Post a Comment