Di Amerika dan beberapa negara di Eropa, RV (Recreational Van) bukanlah barang baru. Kendaraan khusus yang interiornya didesain seperti rumah tinggal ini biasa digunakan sebagai salah satu alternatif transportasi rekreasi yang menyenangkan. Berbagai fasilitas standar seperti layaknya rumah ada di dalamnya, seperti kamar tidur, toilet, dapur dan ruang keluarga yang lengkap dengan perlengkapan audio, TV dan kulkas.
RV biasanya dibuat dari minibus atau minitruck yang dimodifikasi sedemikian rupa hingga menjadi sebuah “rumah berjalan” atau memang sengaja dirancang untuk itu.
Meski terlihat menyenangkan, kenapa di Indonesia RV tidak populer? Beberapa kondisi di bawah ini mungkin jadi penyebabnya.
Faktor Geografis
Dibandingkan dengan Amerika atau Eropa yang mempunyai daratan yang sangat luas, Indonesia, khususnya pulau Jawa relatif sangat kecil. Dengan kondisi saat ini saja sudah terlihat betapa padatnya lalu-lintas antar kota, baik jalur utara maupun selatan. Apalagi jika ditambah dengan kehadiran RV, tak bisa dibayangkan seperti apa jadinya jalan raya yang tak pernah sepi itu. Mungkin jika dioperasikan di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi atau bahkan Papua kendaraan ini lebih cocok. Tinggal membenahi fasilitas dan infrastrukturnya saja.
Faktor Sosial - Budaya
Faktor sosial - budaya ini tampaknya yang paling berperan kenapa RV tidak populer di Indonesia. Ini bisa dilihat dari unsur-unsur di bawah ini :
Hari Libur
Di Amerika atau Eropa kebanyakan orang lebih suka memanfaatkan hari liburnya (yang biasanya cukup panjang) dengan mengunjungi tempat-tempat yang masih segar udaranya, seperti pegunungan atau pantai, yang benar-benar berbeda dengan suasana sehari-hari. Dan, menggunakan RV untuk mengunjungi tempat-tempat itu adalah salah satu pilihan yang banyak disukai. Bagaimana dengan Indonesia? Waktu liburan yang paling panjang di Indonesia barangkali hanyalah saat lebaran. Itupun tak sampai 2 minggu lamanya. Selebihnya hanyalah libur Sabtu - Minggu, hari besar atau “harpitnas”. Dengan jatah libur yang minim tersebut orang akan berpikir dua kali untuk menggunakan RV. Bagi orang Jakarta, tempat ber-weekend paling favorit sebenarnya pegunungan juga, yaitu Puncak, dan pantai (Ancol), tetapi karena jarak tempuhnya pendek, akan sia-sia jika menggunakan RV. Terlebih, andai ke Puncak pakai RV, akan seperti apa macetnya?
Kesadaran Berlalu-lintas
Di Indonesia, berkendara ke luar kota dengan kendaraan biasa saja sudah cukup membuat stress karena harus berhadapan dengan bus-bus umum yang sopirnya kerap ugal-ugalan dan tak menghargai pemakai jalan lain. Dengan adanya RV, para sopir bus tersebut mungkin akan menjadi semakin “tertantang” untuk beraksi seolah melihat pesaing, karena ukuran RV biasanya hampir sama besar dengan bus umum. Di sebuah koran pernah diberitakan, bahwa ngebut di jalan raya dan keberhasilan mendahului kendaraan lain sejenis sangat membanggakan bagi para sopir bus umum itu untuk diceritakan kepada rekan-rekan sesama sopir bus. Walau kerap celaka, toh budaya sok jago di jalanan itu tak juga reda.
Fasilitas dan Infrastruktur
Jalan raya antar kota di Indonesia pada umumnya tidak selebar jalan raya antar kota di Amerika. Dengan minimnya kesadaran berlalu-lintas seperti yang saya sebutkan di atas serta kondisi jalan raya ini, maka mengendarai RV di Indonesia menjadi tidak menyenangkan lagi. Belum lagi fasilitas untuk pembuangan limbah toilet dalam RV yang memerlukan perhatian tersendiri. Sangat menggelikan dan menjijikkan kiranya jika pengendara RV membiarkan limbah tersebut berceceran di jalan raya atau membuangnya di pinggir jalan. Hiii...
Gengsi
Bagi sebagian orang, khususnya yang berduit, menginap di hotel mewah adalah suatu keharusan. Di luar negeri pula. Meski sekedar ber-weekend sekalipun, pilihan ini yang diambil. Bagi yang kurang beruntung, cukuplah ke kebun binatang atau ... ke mall!
Faktor Ekonomi?
Meskipun harga RV relatif mahal, tapi bukannya tidak mungkin bagi orang Indonesia untuk memilikinya. Lihat saja di jalanan, banyak bersliweran mobil-mobil mewah yang harganya tidak lebih murah dari RV. Yang jadi masalah justru tempat penyimpanan dan perawatannya. Butuh garasi yang cukup besar untuk menyimpannya, belum lagi frekuensi penggunaan RV yang relatif jarang, sehingga orang enggan memilikinya.
Memilikinya? Kenapa tidak menyewa saja kalau begitu?
Memang sudah ada beberapa orang yang tertarik untuk menyewakan kendaraan khusus berinterior dan berfasilitas seperti layaknya hotel mewah, tapi tampaknya belum menyentuh konsep RV seutuhnya. Kendaraan yang digunakan pun adalah bus besar, sehingga kurang cocok untuk kondisi di Indonesia.
Mungkin di antara Anda yang ingin memulai bisnis persewaan/ rental RV, kenapa tidak? Meski banyak faktor yang kurang mendukung keberadaan RV, tapi itu bisa disiasati dengan menggunakan RV berukuran sedikit lebih kecil dari RV di Amerika (kira-kira seukuran Isuzu Elf) dan tarif sewanya tidak terlalu jauh dari tarif sewa Innova misalnya. Jika ternyata bisa diterima masyarakat, saya yakin fasilitas pendukung dan infrastruktur akan menyusul dibenahi.
Tidak menutup kemungkinan, suatu saat nanti orang berebut menggunakan RV untuk mudik ke kampung halaman! (jink)
Foto-foto dari berbagai sumber.