Showing posts with label Motivasi. Show all posts
Showing posts with label Motivasi. Show all posts

Wednesday, June 8, 2011

Inbox: We reveal what makes World's Most Admired Companies thrive in good times and bad


Berita terkini dari HayGroup:

The answer, our findings suggest, is adaptability. Like successful creatures in nature, WMACs are quicker than others to find new opportunities. And they are more prepared to innovate, too. Finally, WMACs work hard to make themselves more effective, notably by harnessing their employees' insights and looking after their interests.

So WMACs are not only better at finding opportunity, they are also agile enough to exploit it. This is what keeps them adaptable – and consistently ahead of their peers.
   


    
Hay Group can tell you.
And our employee engagement and effectiveness surveys can tell you a lot more besides. In particular, they help business leaders find out what might be stopping people from giving their best. 

Hay Group clients find that our advanced survey philosophy of engaging and enabling employees helps them pinpoint exactly where change is needed to have the best impact on performance

I want to hear more about Hay Group Insight 



Actively looking for growth
Our research shows WMACs seek growth more actively than peers. Emerging markets are 'very important' or a 'top priority' for 79 per cent of them, while only 59 per cent of their peers are in step with this. Supporting and managing high-growth business units is a high priority for 82 per cent of WMACs, compared to 68 per cent of their peers.

Even when conditions are tough, WMACs prioritize growth. It might seem counterintuitive when protecting core business is the pragmatic option. But it's helping WMACs stay ahead.

Innovation 'baked in'
Innovation is part of the way WMACs operate. Naturally, they give it high priority: 88 per cent see innovation and product development as very important (compared to 79 per cent of peers). What's interesting, though, is how they innovate:



87 per cent capture and disseminate innovative ideas and best practices.
 
83 per cent innovate in areas of current strength – working to fix things that aren't broken.

83 per cent proactively address potential problems before they occur.

81 per cent leverage new technologies and creative approaches to improve effectiveness.

WMACs involve everyone in the innovation process. If employees are encouraged to proactively spot problems, fire off ideas and strive to improve things that already work just fine, the company is in a state of constant innovation. This makes WMACs highly adaptable to fluctuating conditions.

Everyone is part of the solution
There's no point driving new business and innovating if you can't then execute. WMACs stand out with the degree to which they involve their employees in improving efficiency and effectiveness. Ninety-one per cent of them regularly reach out to employees for ideas on how to increase efficiency. Only 76 per cent of their peers do likewise. One of the biggest gaps between WMACs and peers in our survey was on the issue of encouraging managers and employees to take reasonable risks to improve effectiveness. Ninety-four per cent of WMACs were prepared to do this, compared with only 77 per cent of peers.

Just as they do with innovation, WMACs leverage their employees by helping everyone to be part of the solution. As a result, they strike a balance between growth and running efficient operations.

Looking after themselves
Survival of the fittest may be a cliché but it holds true for organizations. WMACs keep in shape by looking after their people. Nearly 50 per cent see employee work/life balance as an important issue, compared to only 30 per cent of peers. And 44 per cent think it's a priority to address work conditions that inhibit success, while 34 per cent of peer firms share this view. WMACs put more emphasis on integrating new staff into the organization and they are more sensitive to the needs of different generations of employees.

They keep their employees sharp, too: 89 per cent of WMACs make sure skills keep pace with job demands, whereas only 76 per cent do the same. And they manage performance more actively. Eighty-nine per cent of WMACs both actively provide coaching, compared with 78 per cent of peer firms.

By actively looking after their employees, WMACs create organizations that are more fit and agile.



Saturday, April 23, 2011

Tahukah Anda, Otak Kita Bisa Diprogram Untuk Merubah Nasib?

”Pasrah pada nasib” atau ”Menyerah pada keadaan”, itulah kalimat yang seringkali kita lontarkan saat merasa tak berdaya karena gagal mencapai cita-cita atau tdk bisa memenuhi keinginan. Seringkali pula kita merasa kemalangan bertubi-tubi menimpa hidup kita. Dalam beberapa hal kadang kita merasa ”ketidak-adilan” sedang menimpa kita. ”Kenapa saya yang sudah rajin beribadah dan berbuat baik masih saja menerima nasib buruk? Kenapa orang lain yang tidak lebih baik dari saya, kok malah selalu saja lebih beruntung daripada saya?” Mungkin itu pertanyaan yang sering muncul di benak kita.

Sebenarnya ”nasib” kita berada di tangan kita sendiri. Anda-lah yang menentukan hidup Anda dan menciptakan ”jalur kehidupan” Anda sendiri melalui perilaku dan pola pikir Anda sehari-hari. Bukankah dalam Al-Qur’an ada ayat yang mengatakan ”Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu mengubahnya”. Bedakan NASIB dengan TAKDIR. Takdir yang tak bisa diubah hanya menyangkut 3 (tiga) hal : maut, jodoh dan rizki. Selebihnya, jalan hidup kita, kita-lah yang menentukan. Karena itu, mulai sekarang enyahkanlah pikiran : ”apapun yang terjadi, (biar) terjadilah!”. Sebab faktanya : ”yang akan terjadi adalah apa yang Anda perbuat”. Jika Anda tidak suka sesuatu terjadi, Anda dapat merubahnya. Anda dapat mengesampingkan dan merubah situasi dengan cara berpikir dan bertindak yang berbeda dari sebelumnya. Anda bisa membuat pilihan sendiri, bahkan ketika Anda merasa dipengaruhi oleh apa yang Anda persepsikan sebagai ”takdir”, Anda tetap punya pilihan untuk bertindak bebas, setidaknya pada saat-saat terakhir.

Hal tersebut mengacu pada prinsip bahwa jiwa/ pikiran, raga/tubuh dan sukma/ nyawa (mind, body & spirit/soul) sebagai satu kesatuan yang menyeluruh. Kita dapat menikmati kesehatan yang hakiki, hanya jika ketiga aspek tersebut berada dalam keseimbangan. Apapun yang Anda pikirkan, katakan dan lakukan, pada hakikatnya berhubungan sedemikian rupa dengan setiap bagian dari keberadaan/eksistensi Anda. Jadi, sebenarnya Anda menentukan hidup Anda sendiri melalui pemikiran Anda sehari-hari.

Anda dapat menciptakan apapun yang Anda bayangkan! Pikiran memiliki kekuatan ”magis” yang dapat menciptakan ”gambar” dan ”rencana” yang dapat Anda ubah menjadi kenyataan. BERPIKIR (tentang sesuatu) adalah PERCAYA (akan sesuatu tersebut). Anda dapat membuat apapun hasil yang Anda inginkan. Tapi harus diingat bahwa kekuatan pikiran ini dapat menciptakan citra positif maupun citra negatif.

Anda dapat terus menerus meng-create jalan hidup Anda dengan memfokuskan pikiran dan imajinasi Anda. Dalam buku ”The Little Engine That Could”, diceritakan ada seseorang yang dianggap terlalu kecil untuk mendaki sebuah gunung, sebagaimana anggapan semua orang. Tapi ia terus menerus mengatakan ”Saya pikir saya bisa!” ... dan akhirnya ia benar-benar bisa! Contoh lain adalah seorang pemain gelandang dari tim sepak bola papan atas di Amerika yang sedang mempersiapkan diri untuk pertandingan kejuaraan. Ia mempraktekkan teknik visualisasi ”imajinasi mental” ini, dengan membayangkan bagaimana dirinya tengah bermain bola dengan sebaik-baiknya. Ia terus membayangkan hal itu sepanjang tahun, terutama saat menjelang tidur. Hasilnya : ia yang semula tak pernah diperhitungkan, akhirnya terpilih menjadi gelandang terbaik nasional!

Pikiran Anda seperti layaknya sebuah tape recorder. Berhati-hatilah menyerap segala hal yang Anda katakan dan pikirkan dan bertindak sesuai apa yang Anda percayai tersebut. Pikiran Anda akan meng-adop semua yang Anda pikirkan; dan apa yang Anda percayai akan menjadi ”nasib” yang menimpa Anda. Jadi, dalam ”taman mental” Anda, sebarkanlah benih-benih dari hal-hal apa yang ingin Anda petik. Seperti halnya menebar benih di atas lahan subur, Anda menebar ”imajinasi mental” di dalam alam pra-sadar Anda. Perwujudan jelas imajinasi mental dari hal yang Anda inginkan, akan membuat Anda (berupaya) menarik/ menciptakan kondisi yang diinginkan, kesempatan, dan orang-orang yang punya keterkaitan untuk mewujudkan mimpi Anda.

Makin Anda mengembangkan kemampuan ”penggambaran” / ”imajinasi” ini, makin cepat jagad raya akan merespon dengan membuat mimpi Anda menjadi kenyataan. Ingatlah bahwa alam sadar Anda terbatas, sementara kekuatan Tuhan tak terbatas. Anda juga harus harus bersabar, sebab kadangkala makin lama ”imajinasi mental” Anda membuahkan hasil, maka hasilnya pun akan lebih besar. Berhati-hatilah selalu karena ”kekuatan” pikiran dapat bekerja dengan mencengangkan atau bahkan merusak, tergantung pada apa yang Anda bayangkan. Apakah Anda membayangkan kegagalan atau kesuksesan? Membangun imanjinasi positif berarti ”mengucapkan selamat” pada diri Anda untuk melakukan suatu hal dengan baik. Apapun yang terjadi dalam hidup Anda sekarang adalah merupakan refleksi dari bayangan yang sebelumnya telah Anda susun dalam pikiran Anda.

Bahkan ketika alam sadar Anda dan pikiran yang masuk akal merasa bahwa Anda tidak cukup berharga untuk mendapatkan imajinasi positif tersebut, atau hal itu tidak memungkinkan bagi Anda untuk mencapainya, imajinasi mental Anda akan memberi Anda kekuatan lebih pada alam sadar Anda. Jadi berhati-hatilah dengan apa yang Anda bayangkan. Pastikan bahwa Anda membayangkan apa yang Anda inginkan, bukan apa yang orang lain inginkan atau yang dikira orang Anda membutuhkannya. Sebab, siapa Anda akan menentukan apa yang akan Anda dapatkan!

Ciptakanlah masa depan Anda sendiri dengan memilih cara berpikir yang lain dan membuat keputusan yang lain. Ada pepatah asing yang mengatakan : ”Orang bodoh mematuhi planet (nasib), sedangkan orang bijak mengacuhkannya”. Masing-masing kita terlahir dengan kecenderungan tertentu, namun masih tetap ada kekuatan dalam diri kita untuk menentukan bagian tertentu dari hidup kita, melalui pemikiran dan tindakan kita.


Karena itu, tak ada salahnya Anda mencoba langkah-langkah berikut :
1.  Programkanlah hal-hal baik di otak Anda;
2.  Pikirkanlah/ susunlah rencana bagaimana cara mewujudkan hal itu;
3. Terus tanamkan keyakinan bahwa Anda bisa mencapainya, hingga alam pra-sadar Anda memberi kekuatan lebih pada alam sadar Anda untuk mewujudkan impian itu;
4.  Jangan berhenti berdoa agar ALLAH membantu Anda;
5.  Bersabarlah menunggu mimpi Anda menjadi kenyataan.


Ira (ref. : Create Your Own Future by Linda Georgian)

Thursday, April 21, 2011

Pengusaha & Malaikat

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia Roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya. Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!”

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ... " kata si pengusaha ini dengan yakinnya. Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 11 malam, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit". Dengan lembut si Malaikat berkata, "Anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu".

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka. Kata Malaikat, "aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu".

Kembali terlihat di mana si istri sedang berdoa jam 2 subuh, "Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atahu ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu, tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri." Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat".

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang! Dengan setengah bergumam dia bertanya, "Apakah di antara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?" Mendengar gumaman si pengusaha, Malaikat menjawab, '"Ada beberapa orang yang berdoa buatmu, tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini. Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan hanya karena kau tidak menyukainya".

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam. Air matanya makin deras mengalir ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan istrinya yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 12 tengah malam, tiba-tiba si Malaikat berkata, "Anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu!! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 12 malam". Dengan terheran-heran dan tidak percaya si pengusaha bertanya, “Siapakah yang 47 orang itu?”. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu. “Bukankah itu Panti Asuhan?”, kata si pengusaha pelan. “Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri. Tadi pagi salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca berita di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU. Setelah melihat gambar di koran itu ia yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu!”. 

Doa sangat besar kuasanya, tak jarang kita malas, tidak punya waktu, tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain.

Ketika kita mengingat seorang sahabat lama / keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia, mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.

Di saat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi.

Penulis : Mindarti

Cakil

Cakil itu penggambaran dari sosok manusia yang sudah buruk rupa, buruk pula perangainya. Dia suka menjilat kanan kiri, dan juga suka mengadu domba atas bawah. Di tiap gelaran zaman, tokoh semacam Cakil selalu ada.
Tokoh Cakil, yang nama resminya Kiai Genðér Penjalén, adalah tokoh aneh, kalau perang tidak pernah menang dan selalu mati tertusuk kerisnya sendiri. Biarpun begitu ia sekaligus tokoh yang sakti karena biarpun kalah dan mati melulu ia selalu hidup lagi, hidup lagi, dan hidup lagi untuk berperang melawan satria yang lain.  Dus, dalam dunia pewayangan tokoh yang paling sakti justru bukan satria2, tetapi Dityo Kolo Genðér Penjalén. Ia bisa dikalahkan tetapi tidak pernah bisa mati.
Jika Cakil adalah pralambang keburukan/ kejahatan, maka keburukan dan kejahatan tak pernah bisa mati. Sepanjang jaman. Penipu, maling, penganiaya, pembunuh, koruptor, dll, selalu diperangi tetapi tak pernah bisa mati. Selalu ada lagi, ada lagi, dan ada lagi. Itulah keseimbangan alam yang oleh Ki Sinðunoto yang mengungkap falsafah Jawi disebut Cakra Manggilingan (roda yang berputar).
Selalu ada senang-susah, gelap-terang, bahagia-samsara, jahat-baik, jelek-tampan, sukses-gagal, kecewa-puas, kaya-miskin, ada-tiada, kelahiran-kematian, dst, dst. Tiada sukses jika tak ada gagal. Tak ada puas jika tak ada kecewa. Tak ada kebaikan jika tak ada keburukan. Tak ada pemangsa (predator) kalau tak ada yang dimangsa. Yang dimangsa tak bisa eksis tanpa kehadiran pemangsa. Selalu ada dikotomi. Selalu ada pertentangan. Selalu ada oposisi biner. Itulah ekuilibrium=keseimbangan.
Sorga dan neraka ada bersamaan, di kurun waktu yang sama di ruang yang sama. Tak terpisahkan. Sorga dan neraka ada di dunia ini. Bersamaan. Mustahal ada 'kebahagiaan abadi'. Mustahal ada 'samsara abadi'. Itu paradox sorga dan neraka. Jika Cakil bermakna samsara, maka untuk berbahagia kita dihadang Cakil. Kita bunuh Cakil, ia hidup lagi, hidup lagi dan hidup lagi. Kebahagiaan baru ada jika ada samsara.
Cakil bisa juga kita pralambangkan dengan kesulitan hidup. Yang senantiasa menghadang kita (satria). Itulah 'Ðarma' kita berperang melawan kesulitan hidup yang ada pada sosok Cakil. Mengalahkan Cakil bukanlah hanya dengan membunuhnya karena ia tak bisa mati. Mengalahkan Cakil adalah memahami, bahwa ia tak bisa mati. Dengan paradigma ini kita menjadi lebih tegar dalam menghadapi kesulitan hidup (=Cakil). Apakah itu kekecewaan, kegagalan, kesedihan, samsara, nestapa, dll. Biarpun kita bisa mengatasi, kesulitan hidup selalu datang lagi, ibarat Cakil yang tak bisa mati.
Cakil adalah kelanggengan, selalu ada, tak pernah tiada, tak pernah berakir. Tanpa Cakil tak akan terjadi keseimbangan, yang ada adalah 'goro-goro' (kekacauan). Itulah Cakil, yang selalu ada di sekitar kita, the guardian of equilibrium, sang jogoboyo keseimbangan. Ia tak bisa mati. Itulah falsafah Jawi dalam dunia wayang yang sering merupakan replika dunia nyata.

Kelirumologi di Dunia Usaha


Benarkah paradigma ini :
Pengusaha las akan 'memaksa' pekerja agar lasnya lebih baik dan lebih banyak, dengan upah yang sekecil mungkin?
Bank membayar upah bankir jugak seminimal mungkin untuk menghindari spread dana negatip?
 Pekerja yang baik adalah yang bisa diperas jasanya sebanyak-banyaknya?
Manajer/mandor yg baek adl yg mampu memeras buruhnya sebanyak-banyaknya?
Benarkah apa yang diungkap di atas bisa dilaksanaken?
Yhak, sampai derajad2 tertentu memang bisa dijalanken. Dalam praktek, itu banyak dilakuken. Pertanyaannya, apakah itu langkah managerial yang tepat ? Lihat kasus2 sbb :
Jika gaji standar kepala cabang bank katakan 100, apakah Anda akan memilih bankir yang bergaji 150 menghasilken laba 1.000, atau yang bergaji 150 nyetor laba 1.500? Ini sudah cukup membuktiken bahwa meminimalken gaji untuk memaksimalken laba adalah sebuah kelirumologi.
Biarpun tidak selalu begitu, umumnya murah identik dengan murahan. Ujungnya adalah kualitas atau unjuk kerja yang buruk. Yang sering terjadi adalah niatnya ngirit, jadinya mbalah ngorot-orot. Tukang las murahan mengasilken las2an yang bocor2 melulu, copot2 melulu. Akibatnya repair, repair, dan repair lage. Jatuhnya lebih mahal!
Memaksimalken laba adalah konsep kuno. Yang sekarang terjadi adalah misalnya menaikken pangsa pasar, memuasken pelanggan, konsep stake holder, inovasi, terobosan, diferensiasi, dll, masih banyak lagi kiat2 untuk menghindari spread negatip (rugi). Meminimalken upah hanyalah satu dari sekian banyak cara.
Silahken simak juga struktur harga. Misalnya struktur harga adalah :
Biaya langsung :
-     Upah                  :     020
-     Material             :     100
Subtotal                   :                 120
Biaya tak langsung :
-     Overhead          :     020
-     Biaya modal     :     020
-     Transportasi     :     050
Subtotal                   :                 090
Total (HPP)             :                             210
Laba                        :     0                      040, sehingga harga jual 250.

Total harga 250. Dus, komponen upah hanya 4% dari keseluruhan harga. Maka, menekan upah, misalnya 20% dari pasaran cuma menghasilken penurunan harga 20% x 4% = 0.8% = 4. Tak banyak gunanya, to? Bukankah lebih efektip menurunken laba dari 40 menjadi 35?
Menekan upah hanya efektip jika komponen upah dominan.
Di negara kita, umumnya upah proporsinya kecil. Menekan upah lebih banyak mengundang kesulitan dari pada menaikkan laba.
Jika begitu, mengapa upah buruh rendah? Karena kombinasi kompetisi dan hukum penawaran & permintaan. Apapun, jika jumlahnya berlimpah, pasti jatuh harganya. Yang menjatuhkan upah bukan se-mata2 pengusaha. Itu karena sesama pekerja saling mendahului. Banting2an harga.
Kedua, faktor kompetisi antar perusahaan. Dulu harga CD-ROM sekeping 10.000 sekarang 1.000 dah dapet. Dulu naik montor mulók ke Jogjakarta 400.000 adalah kemewahan. Sekarang 165.000 saja. Apa akibatnya? Sudah pasti upah karyawan kesabet. Ndak bisa tidak. Siapa biang keroknya? Konsumen! Mereka dengan sewenang-wenang lari ke harga yang lebih murah. Harga jadi terinjek-injek. Termasuk upah. Pengusahahaha berada di tengah. Ia harus melayani pembeli karena merekalah sang raja. Konsumen memegang kekuasaan di koceknya.
Tetapi, konsumen juga tak bisa disalahken 100%. Sebab mereka di-iming2i harga yang lebih murah. Jadilah lingkaran setan yang ndak jelas ujung pangkalnya. Yang bisa kita pastiken adalah hukum permintaan & penawaran sebagai faktor paling dominan.
Faktor kedua adalah kompetisi.
Di negara (ex) komunis (dulu) faktor kompetisi dibusek. Partai yang menentuken upah dengan basis sama rata sama rasa. Terbukti itu ndak jalan. Karena yang rajin, yang berjiwa wiraswasta, yang serakah, yang pandai cari uang, disamaken dengan buruh2 yang bisanya cuma nyekrup.
Timbul kelirumologi : banyak di antara pembaca merasa tenaganya 'diperas'
oleh perusahaan. Merasa dinjek-injek. Mereka menyalahken dan memusuhi perusahaan. Akibatnya karyawan tsb jadi malas2an bekerja dan prestasinya memble. Cara berfikir yang demikian ini sangat destruktip. Justru merugiken karyawan ybs.

Bukan se-mata2 perusahaan yang menekan upah. Ada banyak pihak, yang jelas sesama pekerja saling mendahului, sesama perusahaan bersaing, dan hukum demand & supply, ditambah lagi konsumen yang se-wenang2.
Apakah perusahaan bisa lepas tangan? Sudah pasti tidak, ia merupakan satu
bagian dari berbagai faktor yang menyebabken rendahnya upah. Tetapi bisakah ia menaikken upah di atas harga pasar? Tidak bisa, ia akan kalah bersaing dengan perusahaan sejenis. Siapa wasitnya, yang menentuken siapa kalah-menang?
K o n s u m e n.
Pada akhirnya, yang menentukan upah kita bukan lagi pihak lain. Bukan pengusahahaha, bukan konsumen, bukan hukum penawaran dan permintaan. Tetapi kita, kita sendiri yang menentuken mo berpenghasilan berapa. Itu tak bisa diselesaiken dengan mencari kambing hitam.
Kita hanya punya satu pilihan : berprestasi. Jika itu tercapai, kita bisa mengatasi hukum penawaran & permintaan. Ibarat bisa mengatasi hukum gravitasi, kita tak bakalan kembola-kembali jatuh ke upah ngeres.
 Ini saya utarakan dengan amat sangat jelasnya dalam artikel saya tentang
sikap kerja, bahwa yang menentuken upah kita bukanlah pihak lain, tetapi ada tiga faktor, yaitu :
- Faktor Internal
- Faktor Internal
- Faktor Internal

Penulis: Sumardiono Brotosumarto (Kibroto)